Lambang Blog

Senin, 21 Maret 2011

Emboli Paru


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.   LATARBELAKANG

Emboli paru disebut juga dengan pulmonary emboli yang berarti suatu kondisi terjadinya obstruksi sebagian / total akibat tersangkutnya emboli thrombus.Emboli yang lain pada sirkulasi pulmonalis atau cabang-cabangnya.emboli termasuk benda asing dan benda tersebut ikut terbawa oleh aliran darah yang bersal dari suatu tempat.Hampir 99% emboli berasal dari thrombus.
Bahan lainnya adalah tumor ,gas,lemak,sumsum tulan, cairan amnion ,atau thrombus septic.penyakit ini sering terjadi tetapi jarang dapat terjadi agnosis sehingga di Indonesia jarang sekali ada laporan mengenai penyakit ini.
  1. TUJUAN UMUM
Dihapkan mahasiswa dapat mengetahui pengertian emboli paru.
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana penyebab emboli paru.
  1. TUJUAN KHUSUS
Setelah membuat tugas ini diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan dengan emboli paru.


BAB II
PEMBAHASAN TEORI

A. PENGERTIAN

Emboli Paru (Pulmonary Embolism) adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-paru) oleh suatu embolus, yang terjadi secara tiba-tiba.
Emboli paru ialah suatu benda asing yang tersangkut pada suatu tempat dalam sirkulasi darah. Benda tersebut ikut terbawa oleh aliran darah dan berasal dari suatu tempat lain dari susunan sirkulasi darah.
Emboli paru adalah suatu kondisi terjadinya obstruksi sebagian atau total akibat tersangkutnya emboli thrombus atau emboli yang lain pada sirkulasi pulmonalis atau cabang-cabangnya.
Suatu emboli bisa merupakan gumpalan darah (trombus), tetapi bisa juga berupa lemak, cairan ketuban, sumsum tulang, pecahan tumor atau gelembung udara, yang akan mengikuti aliran darah sampai akhirnya menyumbat pembuluh darah.
Biasanya arteri yang tidak tersumbat dapat memberikan darah dalam jumlah yang memadai ke jaringan paru-paru yang terkena sehingga kematian jaringan bisa dihindari. Tetapi bila yang tersumbat adalah pembuluh yang sangat besar atau orang tersebut memiliki kelainan paru-paru sebelumnya, maka jumlah darah mungkin tidak mencukupi untuk mencegah kematian paru-paru.
Sekitar 10% penderita emboli paru mengalami kematian jaringan paru-paru, yang disebut infark paru.
Jika tubuh bisa memecah gumpalan tersebut, kerusakan dapat diminimalkan.
Gumpalan yang besar membutuhkan waktu lebih lama untuk hancur sehingga lebih besar kerusakan yang ditimbulkan. Gumpalan yang besar bisa menyebabkan kematian mendadak.

B. ETIOLOGI

Kebanyakan kasus disebabkan oleh bekuan darah dari vena, terutama vena di tungkai atau panggul. Penyebab yang lebih jarang adalah gelembung udara, lemak, cairan ketuban atau gumpalan parasit maupun sel tumor.
Penyebab yang paling sering adalah bekuan darah dari vena tungkai, yang disebut trombosis vena dalam. Gumpalan darah cenderung terbentuk jika darah mengalir lambat atau tidak mengalir sama sekali, yang dapat terjadi di vena kaki jika seseorang berada dalam satu posisi tertentu dalam waktu yang cukup lama. Jika orang tersebut bergerak kembali, gumpalan tersebut dapat hancur, tetapi ada juga gumpalan darah yang menyebabkan penyakit berat bahkan kematian.

Penyebab terjadinya gumpalan di dalam vena mungkin tidak dapat diketahui, tetapi faktor predisposisinya (faktor pendukungnya) sangat jelas, yaitu:
Pembedahan
Tirah baring atau tidak melakukan aktivitas dalam waktu lama (seperti duduk selama perjalanan dengan mobil, pesawat terbang maupun kereta api)
Stroke
Serangan jantung
Obesitas (kegemukan)
Patah tulang tungkai tungkai atau tulang pangggul
Meningkatnya kecenderungan darah untuk menggumpal (pada kanker tertentu, pemakaian pil kontrasepsi,
C. MANIFESTASI KLINIS
Pada orang-orang yang memiliki resiko menderita emboli paru, dilakukan berbagai usaha untuk mencegah pembentukan gumpalan darah di dalam vena.
Untuk penderita yang baru menjalani pembedahan (terutama orang tua), disarankan untuk:
- menggunakan stoking elastis
- melakukan latihan kaki
- bangun dari tempat tidur dan bergerak aktif sesegera mungkin untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembentukan gumpalan.
Stoking kaki dirancang untuk mempertahankan aliran darah, mengurangi kemungkinan pembentukan gumpalan, sehingga menurunkan resiko emboli paru.

Terapi yang paling banyak digunakan untuk mengurangi pembentukan gumpalan pada vena tungkai setelah pembedahan adalah heparin.
Dosis kecil disuntikkan tepat dibawah kulit sebelum operasi dan selama 7 hari setelah operasi.
Heparin bisa menyebabkan perdarahan dan memperlambat penyembuhan, sehingga hanya diberikan kepada orang yang memiliki resiko tinggi mengalami pembentukan gumpalan, yaitu:
- penderita gagal jantung atau syok
- penyakit paru menahun
- kegemukan
- sebelumnya sudah mempunyai gumpalan.
Heparin tidak digunakan pada operasi tulang belakang atau otak karena bahaya perdarahan pada daerah ini lebih besar.

Kepada pasien rawat inap yang mempunyai resiko tinggi menderita emboli paru bisa diberikan heparin dosis kecil meskipun tidak akan menjalani pembedahan.
Dekstran yang harus diberikan melalui infus, juga membantu mencegah pembentukan gumpalan. Seperti halnya heparin, dekstran juga bisa menyebabkan perdarahan.

Pada pembedahan tertentu yang dapat menyebabkan terbentuknya gumpalan, (misalnya pembedahan patah tulang panggul atau pembedahan untuk memperbaiki posisi sendi), bisa diberikan warfarin per-oral. Terapi ini bisa dilanjutkan untuk beberapa minggu atau bulan setelah pembedahan.

D. PATHOFISIOLOGI
Emboli yang kecil mungkin tidak menimbulkan gejala, tetapi sering menyebabkan sesak nafas. Sesak mungkin merupakan satu-satunya gejala, terutama bila tidak ditemukan adanya infark.

Penting untuk diingat, bahwa gejala dari emboli paru mungkin sifatnya samar atau menyerupai gejala penyakit lainnya:
- batuk (timbul secara mendadak, bisa disertai dengan dahak berdarah)
- sesak nafas yang timbul secara mendadak, baik ketika istirahat maupun ketika sedang melakukan     aktivitas
- nyeri dada (dirasakan dibawah tulang dada atau pada salah satu sisi dada, sifatnya tajam atau menusuk)
- nyeri semakin memburuk jika penderita menarik nafas dalam, batuk, makan atau membungkuk
- pernafasan cepat
- denyut jantung cepat (takikardia).

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- wheezing/bengek
- kulit lembab
- kulit berwarna kebiruan
- nyeri pinggul
- nyeri tungkai (salah satu atau keduanya)
- pembengkakan tungkai
- tekanan darah rendah
- denyut nadi lemah atau tak teraba
- pusing
- pingsan
- berkeringat
- cemas.

E. PATHWAY


F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Diagnosis emboli paru ditegakkan berdasarkan gejala dan faktor pendukungnya.

Pemeriksaan untuk menilai fungsi paru-paru:
- Gas darah arteri
- Oksimetri denyut nadi.

Pemeriksaan untuk menentukan lokasi dan luasnya emboli:
- Rontgen dada
- Skening ventilasi/perfusi paru
- Angiogram paru.

Pemeriksaan untuk trombosis vena dalam (sebagai penyebab tersering):
- USG Doppler pada aliran darah anggota gerak
- Venografi tungkai
- Pletsimografi tungkai.

G. KOMPLIKASI
Sulit untuk menentukan prognosis dari emboli paru, karena banyak kasus yang tidak terdiagnosis. Prognosisnya seringkali berhubungan dengan penyakit yang Pada emboli paru yang berat, dimana telah terjadi syok dan gagal jantung, maka angka kematiannya bisa mencapai lebih dari 50%.

G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan emboli paru dimulai dengan pemberian oksigen dan obat pereda nyeri.
Oksigen diberikan untuk mempertahankan konsentrasi oksigen yang normal.

Terapi antikoagulan diberikan untuk mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut dan memungkinkan tubuh untuk secara lebih cepat menyerap kembali bekuan yang sudah ada.
Terapi antikoagulan terdiri dari heparin (diberikan melalui infus), kemudian dilanjutkan dengan pemberian warfarin per-oral (melalui mulut).
Heparin dan warfarin diberikan bersama selama 5-7 hari, sampai pemeriksaan darah menunjukkan adanya perbaikan.

Lamanya pemberian antikoagulan (anti pembekuan darah) tergantung dari keadaan penderita.
Jika emboli paru disebabkan oleh faktor predisposisi sementara, (misalnya pembedahan), pengobatan diteruskan selama 2-3 bulan.
Jika penyebabnya adalah masalah jangka panjang, pengobatan diteruskan selama 3-6 bulan, tapi kadang diteruskan sampai batas yang tidak tentu.
Pada saat menjalani terapi warfarin, darah harus diperiksa secara rutin untuk mengetahui apakah perlu dilakukan penyesuaian dosis warfarin atau tidak.

Penderita dengan resiko meninggal karena emboli paru, bisa memperoleh manfaat dari 2 jenis terapi lainnya, yaitu terapi trombolitik dan pembedahan.
Terapi trombolitik (obat yang memecah gumpalan) bisa berupa streptokinase, urokinase atau aktivator plasminogen jaringan.

Tetapi obat-obatan ini tidak dapat diberikan kepada penderita yang:
- telah menjalani pembedahan 10 hari sebelumnya
- wanita hamil
- menderita stroke
- mempunyai bakat untuk mengalami perdarahan yang hebat.

Pada emboli paru yang berat atau pada penderita yang memiliki resiko tinggi mengalami kekambuhan, mungkin perlu dilakukan pembedahan, yaitu biasanya dilakukan embolektomi paru (pemindahan embolus dari arteri pulmonalis).

Jika tidak bisa diberikan terapi antikoagulan, maka dipasang penyaring pada vena kava inferior. Alat ini dipasang pada vena sentral utama di perut, yang dirancang untuk menghalangi bekuan yang besar agar tidak dapat masuk ke dalam pembuluh darah paru.

Asuhan keperawatan pada emboli paru
I. PENGKAJIAN
A. Identintas klien
B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakitr sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Riwayat elergi

C. Pengkajian kebutuhan dasar(menurut verginia henderson)
a. Pola pernapasan
b. Kebutuhan nutrisi
c. Kebutuhan eleminasi
d. Kebutuhan istirahat dan tidur
e. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
f. Kebutuhan berpakaian
g. Kebtuhan mempertahankan suhu tubuh dan sirkulasi
h. Kebutuhan personal hygiene
j. Kebutuhan gerak dan keseimbangan tubuh
k. Kebutuhan berkomunikasidengan orang lain
l. Kebutuhan spiritual
m. Kebutuhan bekerja
n. Kebutuhan belajar
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. TTV
-TD               - RR
-Suhu            - Nadi
4. Pemeriksaan kepala dan leher
a. Kepala
b. Mata
c. Telinga
d. Hidung
e. Mulut
f. Faring
g. Leher
5. Pemeriksaan Thorax dan Respirasi
 6. Pemeriksaan sistem kardio
a. Jantung
b. Pembuluh darah
7. Pemeriksaan Ekstremitas
8. Pemeriksaam Diagnostik
a. Pemeriksaan Lab
b. Pemeriksaan Radiologi
1.Angiografi Paru
2.EKG
3.Terapi yang diberikan

II.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan pertukaran gas b.d penurunan kapasitas pembawa oksigen darah terjadi trombus pada arteri pulmonal.
2. Perfusi jaringan kardiopulmonal dan perifer btidak efektif b.d aliran arteri terhambat dan penurunan kosentrasi Hb darah.
3. Ansietas b,d adanya ancaman akan kematian dan ancaman perubahan status kasehatan.
III.INTERVENSI

Intervensi
Rasional

-catat RR dan kedalaman pernafasan , penggunaan otot bantu, nafas bibir
Observasi keabu-abuan menyeluruh dan dan sianosis pada “jaringan hangat”seperti daun telinga,bibir.lidah.dan membran lidah
-lakukan tindakan untuk memperbaiki jalan nafas misal batuk,penghisapan
-Tinggikan kepala tempat tidur
-awasi TTV
-kaji tingkat kesadaran
-kolaborasi,awasi seri GDA atau nadi oksimetri
-berikan oksigen dengan metode yang tepat
-Auskultasi frekuensi dan irama janyung catat terjadimya bunyi jantung extra
-observasi warna dan suhu kulit atau membran mukosa
-Evaluasi ekstremitas untuk ada atau tidaknya kualitas nadi.Catat nyeri tekan betis  atau pembengkakan
-Tinggikan kaki atau telapak bila ditempat tidur atau kursi.Dorong pasien untuk latihanb kaki dengan fleksi atau ekstensi kaki pada pergelamgan kaki.Hindari m menyilangkan kaki dan duduk atau berdiri terlalu lama.Tunjukan bagaiman menggunakan atau melepas stoking bila digunakan kolaborasi
-Berikan cairan ( IU atau peroral ) sesuai nindikasi
-Berikan obat sesuai indikasi.Heparin (intermiten atau inus IV kontinu),Warfarin natrium(coumadin)
-Catat derajat ansietas Informasikan pasien atau oarang terdekat bahwa perasaannya normal dan dorong mengekspresikan perasaan
-Jelaskan proses penyakit dan prosedur dalam tingkat kemampuan pasien untuk memahami dan menangani informasi.Kaji situasi saat ini dan tindakan tang yang diambil unyuk mengatasi masalah
-Membuat tindakan kenyamanan seperti : pijatan punggung,perubahan posisi
-Dukung pasien atau orang terdekat dalam menerima realita situasi,khususnya mrencana untuk periode penyembuhan yang lama.Libatkan pasien dalam perencanaan dan partisipasi dalam perawatan
Kembangkan program aktivitas dalam batas kemampuan fisik
Waspadai untuk perilaku diluar kontrol atau peningkatanb disfungsi kardiopulmonal masalnya memburuknya dispnea dan takikardia.


-Takipnea dan dypsnea menyertai dostruksi paru kegagalan pernafasan lebih berat menyrtai kehilangan paru unit fungsional dari sedang sampai berat
-Menunjukkan hipoksemia sistemik
-Jalan nafas lengket menurunkan jumlah alveoli yang berfungsi
-Meningkatkan ekspansi dada nax,membuat mudah bernafas
-Takipnea dan parubahan TD terjadi dengan beratnya hipoksemia dan asidosis
-Hipoksemik ada pada berbagai derajat,tergantung pad jumlah obstruksi jalan nafas atau fungsi kardio pulmo dan ada atau tidaknya shok
-Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas.Oksigen biasanya diberikan dengan kanul nasal pada obstruksi paru sebagian
-takikardia sebagai akibat hipoksemia dan kompensasi upay apeningkatan aliran darag dan perfusi jaringan gangguan irama berhubungan dengan hipoksemia ketidakseimbangan elektrolit atau penimgkatan rehgangan jantung kanan.Bunyi jantung eksrta misal S3 dan S4 terlihat sebagai peningkatan kerja jantung atau terjadinya dekonpensasi
 -Kulit pucat atau sianosis,kuku,membran bibir atau lidah:dingin,kulit burikmenunjukkan vasokontriksi perifer(syok)dan atau gangguan aliran darah sistemik
-EP sering dicetuskan oleh trombus yang naik dari vena profunda (pelvis atau kaki) tanda dan gejala mungkin tak tampak
-Tindakan ini dilakukan untuk menurunkan statis vena dikaki dan pengumpulan darah pada vena pelvis untuk menurunkan resiko pembentukan trombus
-Peningkatan darah cauiran diperlukan untuk menurunkan hiperviskisitas darah (potensial pembentukan trmbus) atau mendukung volume sirkulasi atau perfusi jaringan
-Heparin mencegah pembenutukan trombus lebih lanjut dengan mencegah pemecahan pekuan.Infus kontinu lebih disukai untuk mencegah kadar puncak dan penurunan dari ketidakseimbangan pemingkatan koagulasi.Dosis heparin secara bertahap diturunkan ditammbah anti koagulan oaral untuk terapi jangka panjang.Agen oral digunakan untuk terapi jangka panjang setelah antikoagulan awal ditingkatkan
-Pemahaman bahwa perasaan (dimana berdasarkan situasi stres ditambah ketidakseimbangan oksigen yang mengancam)normal dapat membantu pasien meningkatkan beberapa perasaan kontrol emosi
-Menghilangkan ansietas karena ketidaktahuan dan menurunkan takut tentang keamanan pribadi pada fase dini penjelasan perlu diulang dengan sering dan singkat karena pasien mengalami penurunan lingkup perhatian
-Membantu dalam menurunkan ansietas yang berhubungan dengan penolakan adanya dipsnea berat atau parasaan mau pingsan
-Alat untuk menurunkan strs dan perhatian tak langsung untuk meningkatkan belajar pasien untuk menerima hasil yang diharapkan dari penyakit dan meningkatkan beberapa rasa kontrol
-Memberikan kesehatan untuk membentuk energi dengan perasaan
-Pengembangan dalam kapasitas ansietas memerlukan evaluasi lanjut dan kemungkinan intervensi dengan obat antiansietas.















BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Emboli paru merupakan oklusi dari bagian pembuluh darah paru-paru oleh embolus.Emboli paru adalah suatu kondisi terjadinya obstruksi sebagian atau total akibat tersangkutnya emboli.
Penyakit ini jangan dianggap remeh karena dapat menyebabkan sesak nafas dan mengakibatkan kematian.
SARAN:
Sebagai seorang perawat kita harus dapat mengetahui dan tanda-tanda emboli paru.
Sarankan bagi penderita untuk banyak istirahat.
Anjurkan klien untuk banyak mengkonsumsi makanan yang bergizi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar