Lambang Blog

Senin, 21 Maret 2011

karsinoma bronkogenik


BAB II

TINJAUAN TEORITIS


A. Definisi
Karsinoma Bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran nafas.
Di dalam kepustakaan selalu di laporkan peningkatan insiden kanker paru secara progresif, yang bukan hanya sebagai akibat peningkatan umur rata-rata manusia serta kemampuan diagnostik yang lebih baik namun oleh karena memang karsinoma bronkogenik lebih sering terjadi (Pengatar Ilmu Penyakit paru).
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. ( Hood Al sagaff, dkk 1993 )
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena kanker. ( Zerich 150105 Weblog, by Erich )
B. Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari karsinoma bronkogenik masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan karsinogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa/ras serta status immunologis. Bahan inhalasi karsinogenik yang banyak disorot adalah rokok.
Pengaruh rokok:
Bahan-bahan karsinogenik dalam asap rokok adalah antara lain : polomium 210 dan 3,4 benzypyrene. Penggunaan filter dikatakan dapat menurunkan resiko terkenanya karsinoma bronkogenik, namun masih tetap lebih tinggi dibanding dengan bukan perokok.
Didalam jangka panjang yaitu, 10-20 tahun, merokok:
1-10 batang / hari meningkatkan resiko 15 kali
20-30 batang / hari meningkatkan resiko 40-50 kali
40-50 batang /hari meningkatkan resiko 70-80 kali.



Pengaruh Industri

Yang paling banyak dihubungkan dengan karsinogenik adalah asbestos, yang dinyatakan meningkatkan resiko kanker 6-10 kali. Menyusul kemudian industri bahan-bahan radioaktif, penambang uramium mempunyai resiko 4 kali populasi pada umumnya. Paparan industri ini baru nampak pengaruhnya setalah 15-20 tahun.

Pengaruh Penyakit Lain

Tuberkulosi paru banyak dikaitkan sebagai faktor predisposisi karsinoma brinkogenik, melalui mekanisme hyperplasi – metaplasi - karsinoma insitu-karsinoma - bronkogenik sebagai akibat adanya jaringan parut tuberkulosis.
  

Pengaruh Genetik dan Status imunologis

Pada tahun 1954, Tokuhotu dapat membuktikan adanya pengaruh keturunan yang terlepas daripada faktor paparan lingkungan, hal ini membuka pendapat bahwa karsinoma bronkogenik dapat diturunkan. Penelitian akhir-akhir ini condong bahwa faktor yang terlibat dengan enzim Aryl Hidrokarbon Hidroksilase (AHH). Status immonologis penderita yang dipantau dari cellular mediated menunjukan adanya korelasi antara derajat deferensiasi sel, stadia penyakit, tanggapan terhadap pengobatan serta prognosis. Penderita yang energi umumnya tidak memberikan tanggapan terhadap pengobatan dan lebih cepat meninggal.














D. Manifestasi klinik
1.Gejala Awal
Stridor lokal dan dipnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus
2.Gejala Umum
            a.Batuk
            Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh tumor.batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum.tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan porulen dalam berrespon terhadap infeksi skunder
            b.Hipotesis
            Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
            c.Anoreksia
            yaitu lelah dan krangnya berat badan.
E. Komplikasi
            Komplikasi yang mungkin timbul adalah sebagai berikut:
  • Esofagitis,hilang 1 minggu sampai dengan 10 hari sesudah pengobatan.
  • Pneumonitis,pada rontgent terlihat bayangan eksudat didaerah penyinaran

F. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan Nonbedah
            a.Terapi Oksigen
            Jika terjadi hipoksemia perawat dapat memberikan oksigen via masker/ nasal kanula sesuai dengan permintaan.
            b.Terapi Obat
            Jika klien mengalami bronkospasme dokter dapat memberikan obat golongan bronkodilator (seperti pada klien asma)dan kartikosterid untuk mengurangi bronkospasme,inflamasi dan edema.
            c.Kemoterapi
            kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker paru,terutama pada small cell ling cancer karena metastasis.kemoterapi dapat juga digunakan bersamaan dengan terapi bedah
obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani kanker,tumor,termasuk kombinasi dari obat-obat tersebut.
·         Cyclophosphamide,deoxorubicin,methotrexate,dan procarbazine
·         Etoposidedan cisplatin
·         Mitomycin,vinblastine,dan cisplatin.
d.Imunoterapi
Banyak klien kanker paru mengalami gangguan imun. Obat imunoterapi (cytokin) biasa di berikan.
e.Terapi Radiasi
    Terapi dilakukan dengan indikasi sebagai berikut :
·         Klien tumor paru yang operable tetapi risiko jika dilakukan pembedahan
·         Klien adenokarsinoma / sel skuomosa inoperable yang mengalami pembesaran kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal.
·         Klien dengan Ca. Bronkus dengan oat cell.
·         Klien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi.

G. Penatalaksanaan Keperawatan Penunjang Medis
 a. Radiologi
 1). Massa Radiopaque di paru
 2). Obstruksi jalan nafas dengan akibat atelektasis
 3). Pneumonia
 4). Pembesaran Kelenjar Hilar
 5). Tumor Pancoast.Ca. Bronchogenik yang terdapat disuperior pulmonary sulcus, pada apek lobus superior.
 6). Kelainan pada pleura
 7). Kelainan tulang
     b. Bronkografi
Adapun gambaran bronkografi yang dianggap patognomonik adalah obstruksi stenosis irreguler, stenosis ekor tikus dan indentasi cap jempol.
c.  Sitologi
Dahak yang representatif dapat diperoleh melalui batuk spontan, dengan bantuan aerosol ( 20% propylene glycol dalam larutan 10% NaCl. Dihangatkan sampai kurang lebih 45-50 C.)atau melalui bilasan/sikatan aspirasi bronkial.Tatalaksana pada Lung Cancer Detection Program di New York adalah sbb. Saliva dan post nasal discharge dikeluarkan dahulu, lalu penderita disuruh batuk dalam , dahak yang dihasilkan segera difiksasi, kesemuanya ini dilakukan pada 3 hari berturut-turut, sebaiknya pada pagi hari.
d. Endoskopi
Meliputi pemeriksaan laringoskopi dan bronkoskopi serta bilasan bronkial, kerokan/sikatan serta biopsi. Tujuan pemeriksaan bronkoskopi ( serat optik ) adalah :
    1.Mengetahui perubahan pada bronkus akibat kanker paru.
    2.Mengambil bahan untuk pemeriksaan sitologis.
    3.Memperhatikan perubahan pada permukaan tumor/mukosa untuk   
       memperkirakan jenis keganasan.
        4.Menilai keberhasilan terapi.
        5.Menentukan operbilitas kanker paru.
e.  Biopsi
Bahan biopsi dapat diperoleh melalui cara biopsi perkutaneus transbronkial ataupun open biopsi. Sedangkan bahannya dapat berupa jaringan kelenjar regional jaringan pleura ataupun jaringan paru.







BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.Analisa data
            DS:Pasien mengatakan :
§  Nyeri pada dada sebelah kanan
§  Sesak napas
§  Mual,muntah
§  Susah makan
§  BAB dan BAK masih lancer
DO: Psien tampak lemas
   TTV:
Tekanan darah             :100/70 mmHg
Nadi                            :88x/menit
Suhu                            :36,8oC
RR                               :28x/menit
Konjungtiva                :anamis/pucat
Sonor pada region pulmo sinistra dan redup paad region pulmo sinistra

B. Diagnosa Keperawatan yang muncul adalah :
a.         Bersihan jalan nafas tidak efektif, b/d peningkatan jumlah/perubahan mukus /viskositas sekret, keterbatasan gerakan dada, /nyeri, kelemahan,kelelahan.
b.        Nyeri akut b/d invasi kanker ke pleura, dinding dada.
c.         Pola pernafasan tidak efektif b/d obstruksi trakeobronkialoleh sekret, perdarahan aktif, penurunan ekspansi paru, proses inflamsi.
d.        Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan aliran udara ke alveoli  atau ke bagian utama paru, perubahan membran alveoli ( atelektasis , edema paru , efusi, sekeresi berlebihan,/perdarahan aktif.
e.         Ansietas b/d ketakutan /ancaman akan kematian , tindakan diagnostik, penyakit kronis.
f.          Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d  intake inadekuat, peningkatan metabolisme, proses keganasan.






C. Perencanaan Keperawatan
·        Diagnosa
1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif b/d peninjkatan jumlah/viskositas sekret, keterbatasan gerakan dada/nyeri, kelemahan/kelelahan
·        Tujuan-Kriteria
Bersihan jalan nafas efektif.
Kriteria ;
a.       Menunjukan potensi jalan nafas.
b.      Cairan sekret mudah dikeluarkan/dibatukan.
c.       Bunyi nafas jelas.
d.      Whezing(-)/berkurang

·        Intervensi
1.      Auskultasi bunyi dada, untuk karakter bunyi nafas dan adanya sekret.
2.      Bantu untuk nafas dalam efektif anjurkan batuk dengan posisi duduk.
3.      Observasi jumlah dan karakter sputum/aspirasi sekret.
4.      Lakukan penghisapan dengan menggunakan suction. Bila klien tidak dapat batuk.
5.      Dorong masukan cairan/oral sedikitnya 2500 CC/hari dalam toleransi jantung.
6.      Kolaborasi : Berikan/bantu dengan IPBB , spirometri, meniup botol
7.      Gunakan oksigen humidifikasi/nebulizer ultrasonik . Berikan cairan tambahan melalui IV sesuai indikasi.
8.      Berikan bronkodilator, ekspektoran, atau analgetik sesuai indikasi.

·        Rasional
1.      Pernafasan bising, ronki, mengi menunjukan tertahannya sekret/obstruksi jalan nafas
2.      Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksinal, upaya batuk untuk membuang sekret..
3.      Perubahan sekret menunjukan progresifitas penyakit.
4.      Penghisapan dapat merangsang batuk efektif.
5.      Hidrasio adekuat untuk mempertahankan sekret hilang/peningkatan pengeluaran.
6.      Memudahkan pembuangan sekret.
7.      Memberikan hidrasi maksimal/pengenceran sekret untuk meningkatkan pengeluaran
8.      Menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran udara. Ekspektoiran meningkatkan produksi mu.kus untuk mengencerkan secret

·        Diagnosa
2. Kerusakan  pertukaran gas b/d gg. Aliran udata ke alveoli, perubahan membran alveolar kapiler ( atelektasis, oedema paru, efusi, sekresi berlebihan, perdarahan aktif )

·        Tujuan-Kriteria
Pertukaran gas efektif.
Kriteria :
GDA dalam batas normal,. Mebubjukan ventilasi adekuat Menunjukan oksigenasi adekuat.Menunjukan perbaikan distress pernafasan.

·        Intervensi
  1. Catat frekluensi dan kedalaman pernafasan , penggunaan otot bantu dan nafas bibir.
  2. Auskultasi paru untuk penurunan bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan krekels.
  3. Observasi ferfusi  daerah akral dan sianosis ( daun telinga, bibir, lidah dan membran lidah )
  4. Lakukan tindakan untuk memperbaiki jalan nafas.
  5. Tinggikan kepala/tempat tidur sesuai dengan kebutuhan.
  6. Awasi tanda vital
  7. Kaji tingkat kesadaran
  8. Kaji toleransi aktivitas.
  9. Kolaborasi:
  10. Awasi seri GDA.
  11. Berikan oksigen dengan metoda yang tepat

·        Rasional
  1. Takhi[pnoe dan dispnoe menyertai obstruksi paru.
  2. Area yang tak terventilasi dapat diidentifikasikan  dengan tak adanya bunyi nafas.
  3. Menunjukan hipoksemia sistemik.
  4. Jalan nafas lengket/kolaps menurunkan jumlah alveoli yang berfungsi
  5. Secara negatif mempengaruhi pertukaran gas.
  6. Meningkatkan ekspansi dada maksimal, membuat mudah bernafas meningkatkan kenyamanan.
  7. Tahkikardi/takhipnoe, dan perubahan pada TD. Terjadi seirng dengan perubahan asidosis.
  8. Hipoksemia sistemik dapat ditunjukan pertamakali oleh gelisah dan rangsang disertai penurunan kesadaran.
  9. Hipoksemia menurunkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas tanpa dispnoea berat, takikardia dan disritmia.

  1. Hipoksemia ada pada berbagai derajattergantung pada jumlah obstruksi jalan nafas. 
  2. Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas .

·        Diagnosa
3. Pola nafas tidak efektif b/d obstruksi trakeobronkial  oleh bekuan darah, sekret banyak ,peradarahan aktif, penurunan ekspansi paru, proses inflamsi

·        Tujuan-Kriteria
Pola nafas efektif.
Kriteria :
  1. Frekuensi nafas dalam rentang normal
  2. Suara paru jelas dan bersih.
  3. Berpartisipasi dalam aktivitas

·        Intervensi
  1. Kaji frekuensi , kedalaman pernafasan dan ekspansi dada., catat upaya pernafasan ( penggunaan otot bantu pernafasan )
  2. Auskultasi bunyi nafas, dan catat adanya bunyi nafas.
  3. Observasi pola batuk dan karakter sekret
  4. Dorong dalam nafas dalam.dan latihan batuk.
  5. Kolaborasi:
  6. Berikan oksigen tambahan.
  7. Berikan humidifikasi tambahan.
  8. Bantu fisioterapi dada.
  9. Siapkan/bantu bronkoskopi

·        Rasional
  1. Kedalamam pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas., ekspansi pada terbatas terjadi pada atelektasis.
  2. Perubahan bunyi nafas menunjukan obstruksi sekunder.
  3. Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/iritatif
  4. Meningktkan banyaknya sputum.
  5. Memaksimalkan pernafasan dan menurunkan kerja nafas.
  6. Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.
  7. Memudahkan upaya pernafasan dalam. Meningktkan drainase sekret.
  8. Kadang=kadang berguna untuk membuang bekuan darah, sekret serta membersihkan jalan nafas.

·        Diagnosa
4. Nyeri b/d. invasi kanker ke pleura, atau dinding dada.

·        Tujuan-Kriteria
  1. Nyeri   hilang/ berkurang
  2. Kriteria
  3. :Klien nampak rileks.
  4. Kliuen dapat tidur.
  5. Berpartisi dalam aktivitas.

·        Intervensi
  1. Tanyakan pasien tentang nyeri, Tentukan karaktersitik nyeri
  2. Kaji  pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien.
  3. Evaluasi keefektifan pemberian obat
  4. Berikan tindakan kenyamanan, ubah posisi, pijatan punggung dll.
  5. Berikan lingkungan tenang.
  6. Kolaborasi: Berikan analgesik rutin s/d indikasi..

·        Rasional
  1. Membantu dalam evaluasi gejala nyeri kanker yang dapat melibatkan visera, saraf atau jaringan tulang
  2. Ketidaksesuaian antara verbal dan non verbal menunjukan.derajat nyeri
  3. Memberikan obat berdasarkan aturan.
  4. Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian..
  5. Penurunan stress, menghemat energi
  6. Mempertahankan kadar obat, menghindari puncak periode nyeri..

·        Diagnosa
5. Ansietas b/d ancaman kematian, proses keganasan

·        Tujuan-Kriteria
Ansietas hilang/ berkurang
Kriteria :
  1. Klien tampak rileks
  2. Klien dapat beristirahat.
  3. Dapat bekerjasama dalam terapi.

·        Intervensi
  1. Evaluasi tingkat pemahaman pasien/orang terdekat tentang diagnosa.
  2. Akui rasa takut,  masalah pasien, dan dorong mengekspresikan perasaan.
  3. Kolaborasi :
  4. Libatkan pasien/orang terdekat dalam perencanaan keperawatan

·        Rasional
  1. Pemahaman persepsi melibatkan susunan tekanan  perawatan individu dan memberikan informasi.
  2. Memberi waktu untuk mengidentifikasi perasaan.
  3. Dapat memperbaiki perasaan kontrol

·        Diagnosa
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake kurang, peningkatan metabolisme, proses keganasan.

·        Tujuan-Kriteria
Nutrisi terpenuhi.
Kriteria :
  1. Menunjukan perubahan beratbadan.
  2. Menunjukan perubahan pola makan.
  3. Hb. Albumin dalam rentang normal.

·        Intervensi

  1. Catat ststus nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan
  2. Pastikan pola diet pasien yang disukai/tidak disukai
  3. Awasi pemasukan/pengeluaran dan berat badan secara periodik
  4. Selidiki mual, muntah, anoreksia dan catat kemungkinan hubungannya dengan obat
  5. Berikan periode istirahat sering.
  6. Berikan perawatan mulut, sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.
  7. Berikan Diet TKTP.
  8. Kolaborasi :
  9. Rujuk ke ahli diet
  10. Awasi pemeriksaan lab. ( BUN, protein serum, albumin Hb.)
  11. Bila perlu berikan nutrisi parenteral

·        Rasional
  1. Berguna dalam mengidentifikasi derajat kurang nutrisi dan menentukan pilihan intervensi.
  2. Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet.
  3. Mengukur kefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
  4. Mencari pemecahan masalah, untuk meningkatkan pemasukan nutrien.
  5. Membantu menghemat energi., khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat
  6. Menurunkan perasaan tak enak, bekas sputum, obatmerangsang pusat muntah..
  7. Memaksimalkan masukan nutrisi..
  8. Nilai rendah menunjukan malnutrisi
  9. Meningkatkan masukan nutrisi adekuat.

 . KESIMPULAN.
1. Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada wanita maupun
pria, yang sering kali di sebabkan oleh merokok.
2. Setiap tipe timbul pada tempat atau tipe jaringan yang khusus, menyebabkan
manifestasi klinis yang berbeda, dan perbedaan dalam kecendrungan metastasis dan
prognosis.
3. Karena tidak ada penyembuhan dari kanker, penekanan utama adalah pada pencegahan
misalnya dengan berhenti merokok karena perokok mempunyai peluang 10 kali lebih
besar untuk mengalami kanker paru di bandingkan bukan perokok, dan menghindari
lingkungan polusi.
4. Pengobatan pilihan dari kanker paru adalah tindakan bedah pengangkatan tumor.
Sayangnya, sepertiga dari individu tidak dapat dioperasi ketika mereka pertama kali
didiagnosa.
5. Asuhan keperawatan pascaoperasi klien setelah bedah toraks berpusat pada
peningkatan ventilasi dan reekspansi paru dengan mempertahankan jalan nafas yang
bersih, pemeliharaan sistem drainage tertutup, meningkatkan rasa nyaman dengan
peredaran nyeri, meningkatkan masukan nutrisi, dan pemantauan insisi terhadap
perdarahan dan emfisema subkutan.



Daftar Pustaka

Amin muhammad, Hood Alsagaff, 1989, Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, Surabaya.

Blac,MJ Jacob., 1993, l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A Phsycopsicologyc Approach, W.B. Saunders Company, Philapidelpia.

Barbara Engram., 1999,  Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1, Penerbit EGC, Jakarta.

Carpenito, L.J., 1999, Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi. 2, EGC Jakarta.

Corwin E., 2001, Patofisiologi, Cetakan I, EGC, Jakarta


Mansjoer, Arif., et all., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius Jakarta.

Marylin E doengoes., 2000, Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC,Jakarta.

Soeparman, Sarwono Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar